Salah satu faktor kebahagian seorang lelaki muslim dalam kehidupan di dunia ini adalah dianugerahinya seorang istri yang mampu menjadi penenang baginya sebagai teman bergaul, berbincang-bincang, berdiskusi. Sebaliknyapun ia mampu juga menjadi penenang bagi istrinya, sehingga mengalirkan kasih sayang dan cinta di antara mereka dengan mendambakan surga agar dapat menjadi tempat berkumpul mereka yang kekal abadi.
Kesholihan suami dan istri dapat menumbuhkan ketentraman jiwa, kebahagian hati serta kelapangan dada, yang semua ini akan membantunya dalam mengemban tugas-tugas yang menyangkut agama dan dunia dengan nyaman, tanpa gangguan batin, disamping akan membantu pula dalam menjalankan kewajiban mendidik anak-anak, yang merupakan penopang dalam perjuangan menegakkan syariat Islam secara baik.
Istri yang sholihah akan selalu menaati suaminya sebagaimana yang pernah dituturkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah: “Tidak ada kewajiban yang harus ditunaikan oleh wanita, setelah hak Alloh dan Rasul-Nya, yang lebih wajib daripada hak suami” (Majmu’ Fatawa: XXXII/260). Dan ketika suami memandang kepada dirinya dia menyenangkan mata dan hati, jika suami bersumpah terhadapnya, dia segera mengabulkan sumpah suaminya itu, dan jika suaminya pergi, dia menjaga kehormatan diri dan menjaga harta suaminya.
Seorang wanita yang telah menemukan suami sholih yang sesuai dengan dambaannya, seyogianya berusaha mendapat keridhoannya dan menjauhi segala yang dapat menyakitinya. Sesungguhnya, apabila dia menyakiti atau melakukan sesuatu yang tidak disukai oleh suaminya, maka suaminya akan menjadi bosan dan tindakannya itu akan membekas pada jiwa suaminya. Bisa jadi pula, suaminya mendapat kesempatan, lantas meninggalkannya atau menyukai wanita lainnya. Sangatlah mungkin seorang suami menemukan yang tidak ditemukan oleh istrinya. Padahal, telah dimaklumi bahwa bosan terhadap sesuatu yang disukai itu kadang-kadang terjadi, apalagi terhadap sesuatu yang tidak disukai.
Haruslah para istri untuk bertakwa kepada Alloh ‘Azza wa Jalla dalam bersikap pada suaminya. Sungguh, dia bisa menjadi Surgamu atau Nerakamu, sebagaimana sabda Rasululloh shalallahu ‘alahi wa sallam kepada salah seorang istri sahabatnya: “ ’Apakah engkau mempunyai suami ?’. Dia menjawab,’Betul, ya Rasululloh’. Rasululloh bertanya,’Bagaimana sikapmu terhadapnya?’. Dia menjawab,’Saya tidak mengurangi ketaatan kepadanya sedikitpun, kecuali dalam hal yang saya tidak mampu’. Rasaululloh bersabda,’Perhatikan bagaimana sikapmu terhadapnya, sungguh dia itu merupakan Surga dan Nerakamu’.” (HR. Tirmidzi)
Imam Ahmad rohimalloh berkata tentang istri beliau,’Abasah binti Fadhl rohimalloh, ibu dari putra beliau, Sholih,”Ummu Sholih tinggal bersamaku selama tiga puluh tahun, aku belum pernah berselisih dengannya walaupun satu perkataan, sampai kemudian dia wafat.” (Tarikh Baghdad)
Bersungguh-sungguh mengendalikan dan memperbaiki diri menuntut perjuangan yang cukup panjang dan proses yang sangat berat. Akan tetapi, akibatnya adalah sangatlah nikmat, InsyaAllah. Jika seorang istri adalah seorang wanita sholihah, membenahi dirinya agar menjadi sholihah serta mengendalikan dirinya kepada kebaikan, dia akan mendapatkan banyak kebaikan diantaranya yang paling utama adalah pahala dan balasan serta kebahagian dunia dan akhirat. Alloh ‘Azza wa Jalla berfirman, yang artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)
disalin dari mediamuslim.info
0 Tanggapan:
Posting Komentar
Sebelum Menulis komentar anda, HARAP MENULISKAN !
NAMA :
UMUR :
ALAMAT SEKARANG :
Email / Friendster / Facebook :